Ramalan Astrologi : Beneran Atau Omong Kosong Doang?

lebih dari 2300 tahun yang lalu, orang Babilonia percaya bahwa dewa-dewa tinggal di antara bintang dan benda langit serta memiliki kekuatan untuk mengendalikan nasib manusia. Orang Babilonia membagi langit menjadi 12 rasi bintang yang sekarang kita kenal sebagai zodiak (sistem horoskop). Menurut sistem horoskop, kepribadian dan kejadian masa depan kita dapat diketahui dari posisi matahari, bulan, dan benda langit lainnya saat kita lahir. Semacam ada kekuatan yang mempengaruhi kehidupan di Bumi. Ada yang bilang kekuatan itu berupa gravitasi, elektromagnetik, dan lain-lain. Tapi kenyatannya, benarkah seperti itu? Yuk, kita kupas tuntas semuanya tentang ramalan astrologi.

Astrologi vs. Astronomi

"Gue mau masuk jurusan astrologi."
"Gimana ramalan astronomi lo minggu ini?"
 
Eh tunggu bentar, kebalik yah? Hehe.. Sebenarnya Astrologi sama Astronomi itu beda atau sama aja sih?
Jadi gini, jaman dulu pengetahuan para astronom masih sangat terbatas mengenai benda langit, kecuali dari apa yang bisa diobservasi melalui mata telanjang. Makanya, dulu astrologi masih digabungkan dengan astronomi, sampai akhirnya Galielo Galilei menjadi orang pertama yang menggunakan metode ilmiah untuk menguji astrologi secara objektif.
Tapi jelas, dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang begitu pesat, astrologi dan astronomi bukan hal yang sama lagi. Astronomi modern adalah studi ilmiah mengenai benda angkasa, yang nggak ada hubungannya sama sekali dengan situasi asmara lo.

Tinjauan Psikologi terhadap Astrologi

Nah, kenapa kok astrologi itu kayaknya benar? Lo pernah denger nggak tentang validasi subjektif?
"Validasi Subjektif" itu terjadi ketika dua peristiwa yang tidak terkait atau acak dianggap berhubungan karena keyakinan atau ekspektasi menuntut adanya hubungan antara dua peristiwa itu. Dengan kata lain, kita sendiri yang menghubung-hubungkan persepsi kepribadian diri dengan isi horoskop.
Konsep validasi subjektif diuji pertama kali oleh psikolog Bertram R. Forer. Forer memberikan tes kepribadian kepada siswa-siswa di sebuah kelas. Setelah itu, hasil/analisis kepribadian dibagikan ke setiap siswa. Dia bilang ke siswanya, kalo mereka dapet analisis yang unik (berbeda satu sama lain) sesuai hasil tes sebelumnya. Terus, mereka diminta untuk kasih skor ke analisis kepribadian yang mereka terima: skala 0 (sangat buruk) - 5 (sangat baik) kesesuaiannya dengan diri mereka.
Tapi ada triknya nih: setiap siswa menerima analisis yang sama persis. Rata-rata skor penilaian siswa satu kelas terhadap analisis yang mereka terima adalah  4,26. Menurut para siswa, analisisnya 85% akurat. Nah lho, kok bisa analisis yang sama dianggap akurat oleh banyak orang?
Coba deh perhatikan potongan analisis yang disajikan ke siswa-siswa tersebut.
Kamu punya kebutuhan untuk disukai dan dipuja orang lain.
Kamu punya potensi besar yang belum kamu manfaatkan sebaik mungkin.
Beberapa impianmu cenderung tidak realistis.
Kamu adalah pemikir mandiri dan tidak menerima perkataan orang lain tanpa bukti yang jelas.

Kalimat-kalimat di atas umum banget, samar (vague), jadi bisa berlaku untuk siapa saja. Pernyataan ini disebut dengan Barnum statement.
Ini berlaku pada ramalan zodiak, kata-katanya samar, nggak spesifik. Jadi, bisa ngena/nge-hit siapa aja. Pisces itu katanya penuh kasih. Lah, gw tau teman gw yang Capricorn juga penuh kasih. Aries itu katanya mandiri. Lah, gw (yang katanya) Pisces juga mandiri. Semua orang juga bisa bilang dirinya mandiri.
Dalam eksperimen lain, seorang astrolog Perancis yang terkenal, Michael Gauquelin ingin menguji profesi astrologi secara ilmiah. Ia menawarkan ramalan horoskop individual gratis untuk setiap pembaca sebuah majalah dan meminta feedback mereka mengenai keakuratan analisis individualnya. Triknya sama dengan eksperimen Forer: ia menggunakan ramalan horoskop yang sama persis ke ribuan pembaca dengan horoskop yang berbeda-beda. Hasilnya? 94% pembaca menjawab bahwa ramalannya sangat akurat dan mendalam.
Ini adalah contoh validasi subjektif. Orang hanya fokus pada bagian yang benar, yang ngena (hits) dari sejumlah analisis umum. Astrolog mengandalkan kemampuan manusia untuk lebih mengingat "hits" dan melupakan ramalan yang meleset (selective bias). Bahkan, kalo ada prediksi yang akurat, bisa jadi itu kebetulan belaka.
Mungkin lo bisa ngerasain sendiri ketika baca ramalan zodiak. Pas baca kalimat yang menurut lo nggak make sense, nggak lo peduliin. Sekalinya baca kalimat yang KEBETULAN benar dengan situasi yang sedang lo hadapi, “Wah bener banget!”
Sama juga dengan ramalan kejadian yang akan terjadi. Jika ramalan nggak terjadi, ya lo nyantai aja. Nggak terlalu menghiraukan. Toh, ramalan zodiak doang. Tapi, sekalinya kebetulan tuh kejadian beneran, “Gila, ramalan bintang gw bener!
Efek ini terus terakumulasi dari waktu ke waktu, membuat astrologi tetap berjaya dan dipercaya

Astrologi dalam Menilai Kecocokan Pasangan

“Gw lihat di internet, Cancer itu cocoknya sama Scorpio. Gw pacaran sama Scorpio, trus kita putus. Gw baca lagi, ternyata Cancer itu cocoknya sama Pisces. Eh, gw nemu majalah, Cancer cocoknya sama Taurus. Jadinya gw mesti pacaran sama siapa?”
Sebuah survey terhadap 2.978 pasangan menikah dan 478 pasangan yang bercerai menunjukkan bahwa tidak ada korelasi sama sekali antara perceraian dengan kecocokan zodiak.

Coba pikir lagi baik-baik...

Pas lo baca horoskop dan jika horoskop itu benar, kepikiran nggak, bahwa berarti 1/12 populasi dunia juga mengalami nasib serupa? Mungkin nggak tuh? Kalo kita ambil asumsi populasi manusia di dunia sekarang ini sekitar 7 milyar manusia, dan katakanlah diasumsikan semua manusia lahir secara tersebar dalam 12 bulan. Berarti 1/12 populasi manusia itu ada 584 juta manusia. Sekarang, kalo ramalan astrologi lo kebetulan bener bilang lo putus sama pacar, apakah 1/12 populasi bumi ini juga lagi putus sama pacarnya? Kalo minggu ini lo lagi kenal bisul di pantat, apakah ada 584 juta manusia lainnya juga ikutan kena bisul di pantat?
Mau coba sendiri nge-debunk astrologi? Gampang kok. Ramalan astrologi selalu nggak konsisten. Kumpulin aja ramalan astrologi dari berbagai sumber. Bandingkan satu sama lain. Nih, gw contohin. Gw akan ambil ramalan zodiak gw, Pisces, untuk 12 November 2013.
Horoskop #1 (id.she.yahoo.com): Fisik: Sinusitis kambuh
Horoskop #2 (vemale.com): Masalah terkait pencernaan akan menyerang Anda minggu ini. Jika ini terus terjadi selama beberapa hari, maka saatnya ke dokter dan memeriksakan diri. Ini adalah akibat dari pola makan dan juga kebiasaan makan sembarangan. Minggu ini, detoks diri dengan makanan sehat dan ringan. Jangan paksakan diri untuk makan berat.
Horoskop #3 (edsur.info): Kesehatan : Hilangkan segala kecamuk yang ada di dalam dada. Jika disimpan terus hanya akan membikin dada terasa sesak.
Horoskop #4 (kucoba.com): Kesehatan: Batuk pilek mulai datang lagi, untuk itu hindari makanan dan minuman yang dapat menyebabkan batuk pilek Anda bertambah parah saja.
Horoskop #5 (gen22.net): Kesehatan: Jangan tidur terlalu malam.
Keliatan kan. Baru dari 5 sumber aja, ramalan horoskop gw hari ini udah saling nggak konsisten. Kenyataannya, hari ini kesehatan gw sedang baik-baik aja. Dan gw nggak punya sinus, ye.

Tinjauan Fisika dan Astronomi terhadap Astrologi

Oke, sekarang kita tinjau deh dari segi "teknis"nya. Katanya nih, ramalan astrologi dikaitkan erat sama gravitasi dan elektromagnetik. Nah sekarang, jika ada kekuatan dari benda langit yang memiliki efek yang real ke urusan kemanusiaan di Bumi, mestinya bisa diukur dong. Coba kita telaah kekuatan gravitasi dan elektromagnetik yang sering disebut-sebut itu.
astrologi sign
Nah pertama, coba deh lo liat gambar  di samping tentang list horoscope dan hubungannya dengan benda-benda langit.  List horoscope ada matahari, bulan, dan beberapa planet lain dalam tata surya kita.
Di Fisika, kita belajar kalo gravitasi dipengaruhi oleh 2 hal, yaitu massa dan jarak. Gravitasi berbanding terbalik dengan kuadrat jarak. Semakin jauh sebuah objek dari kita, semakin kecil pula kekuatannya terhadap kita. Sekarang, berapa sih jarak Bumi ke matahari, bulan, dan planet-planet lain? Jutaan kilometer, cin! Gimana bisa gravitasi mereka mempengaruhi kita langsung secara individu?
Dan katakanlah benda langit yang paling dekat dengan bumi adalah Bulan. Dengan sifat gravitasi yang berbanding terbalik dengan jarak, seharusnya pengaruh horoskop Cancer donk yang paling mempengaruhi dibandingkan zodiak yang lain, tapi para astrologer dari dulu bilangnya kekuatan pengaruh semua horoscope sama aja. Berarti nggak sinkron dengan sifat gravitasi dalam fisika donk.

Gimana dengan elektromagnetik (EM)? 

Nah, di fisika kita tau bahwa elektromagnetik itu bergantung pada jarak dan muatan listrik. Secara keseluruhan, planet memiliki muatan netral. Ada sih yang punya muatan listrik, seperti jupiter, tapi jupiter nun jauh di sana. Benda langit yang memiliki kekuatan EM terbesar di tata surya kita adalah matahari. Kalo gitu, seharusnya Leo (Sign Zodiac buat Matahari) juga punya pengaruh yang lebih besar donk dibandingkan horoscope yang lainnya. Nggak sinkron lagi nih sama hukum fisika elektromagnetik.

Gimana kalo kekuatan itu tidak dapat dijangkau oleh sains? 

Ya sama aja, seperti yang kita tahu, kekuatan berbanding terbalik dengan jarak. Kekuatan benda yang letaknya jauh, lebih kecil daripada kekuatan benda yang lebih dekat dari kita. Tapi kata para astrologer, kekuatan semua planet itu sama. Venus yang lebih dekat ke Bumi punya kekuatan yang sama dengan Pluto yang paling jauh dari Bumi.
Lah, terus jadinya faktor kekuatannya apa dong? Jarak bukan, massa bukan. Terus, gimana dengan asteroid yang juga anggota tata surya dan ratusan planet lain yang ditemukan melalui ilmu astronomi modern. Kenapa nggak diperhitungkan dalam astrologi?
Astrologi lahir pada zaman di mana benda angkasa diamati dengan mata telanjang. Zaman di mana manusia masih meyakini kalo Bumi adalah pusat alam semesta (geosentris). Nyatanya, jelas kini kita tahu kalo Matahari lah pusat tata surya (heliosentris).
Menurut astrologi, tiap pagi tanggal kelahiran kita, matahari akan terbit dan melewati rasi bintang yang bersesuaian. Gw lahir pada tanggal 3 Maret. Berarti, setiap tanggal 3 Maret, (seharusnya) matahari akan terbit dan melewati rasi bintang Pisces. Apa iya? Iya, tapi itu 2000 tahun yang lalu, ketika orang Babilonia pertama kali melahirkan astrologi.
Dalam 2000 tahun terakhir, rotasi Bumi membuat Bumi bergeser dari porosnya, sehingga rasi bintang bergeser 1 derajat setiap 72 tahun. Akibatnya, zodiak kita bergeser satu. Jadi sekarang, kalo gw nungguin matahari terbit pada 3 Maret, matahari akan terbit melewati rasi bintang Aquarius, bukan Pisces lagi.
Ciee, yang bingung sekarang zodiaknya apa ~
astrologi 2
Dari sini, kita bisa bilang kalo Astrologi adalah sistem yang primitif. Masih relevan kah untuk kita gunakan sekarang?

Bahaya Astrologi

Ya mungkin astrologi nggak sepenuhnya benar. Tapi, santai lah.  Buat fun aja. Nggak ada bahayanya kan? WRONG!
Saat ini, menurut jajak pendapat Gallup, 25% dari Amerika percaya Astrologi. Sekitar ratusan juta dollar dihabiskan untuk astrologi tiap tahunnya di US sana. Itu gede lho, dan kayaknya sia-sia aja dihabiskan untuk suatu hal yang nggak jelas kebenarannya.
Pada tahun 1980-an, Nancy Reagan, istri Presiden Amerika Serikat, Ronald Reagan, berkonsultasi ke seorang peramal astrologi untuk mengetahui peruntungan meeting dan rencana yang disusun pada hari itu. Suaminya, Presiden Amerika Serikat, oke-oke aja dengan “tingkah” istrinya.
Masih berpikir ini nggak berbahaya? Orang se-powerful Ronald Reagan, menyusun jadwal pertemuan berdasarkan klaim random dan omong kosong dari sistem yang nggak ilmiah. Bayangkan, kalo presiden negara ini bikin keputusan pake astrologi! Wah, prihatin saya.....
Bahaya yang paling mengkhawatirkan adalah astrologi mempromosikan uncritical thinking. Semakin kita mengajari orang untuk gampang aja menerima cerita anekdot, informasi yang dipilih secara cherry-picking (pilih yang mendukung, abaikan yang tidak mendukung), dan omong kosong, semakin sulit pula kita mengajarkan orang untuk berpikir jernih dan kritis.
Kalo lo nggak bisa berpikir jernih, kemampuan lo sebagai manusia mandiri akan terkikis. Lo akan dengan gampangnya disuapin berbagai hal oleh orang lain, yang kebenarannya masih belum jelas. Lo bakal gampang disetir oleh orang lain.

Sumber:
https://www.zenius.net/blog/2373/ramalan-astrologi-zodiak-horoscope-debunk

8 Bukti Teori Relativitas Einstein dalam Kehidupan Nyata

Relativitas adalah salah satu teori ilmiah paling terkenal dari Abad ke-20. Namun, hanya sedikit dari kita yang memahami dan menyadari bahwa penjelasannya terpampang nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Teori Relativitas adalah buah pikiran manusia cerdas, ilmuwan Fisika teoretis jenius, Albert Einstein pada tahun 1905. Pada prinsipnya merupakan gagasan bahwa hukum fisika adalah sama di mana pun.
Hukum fisika yang berlaku di Bumi, berlaku juga di seluruh jagat raya.

Teori tersebut juga menjelaskan perilaku objek dalam ruang dan waktu, yang juga bisa digunakan untuk memprediksi banyak hal -- dari eksistensi lubang hitam (black hole), melengkungnya cahaya oleh pengaruh gravitasi, hingga sifat Planet Merkurius pada orbitnya.

Teori tersebut bisa dipahami secara sederhana. Meski sejatinya sangat rumit dan bikin mumet. Pemahaman pertama, bahwa tidak ada kerangka acuan 'mutlak'. Setiap saat ketika kita mengukur kecepatan, momentum, atau pengalaman terhadap waktu sebuah objek, itu selalu dalam kaitannya dengan sesuatu yang lain.

Kedua, cepat rambat cahaya di dalam ruang hampa ke segala arah adalah sama untuk semua pengamat, tidak tergantung pada gerak sumber cahaya maupun pengamat. Yang ketiga, bahwa tak ada yang melampaui kecepatan cahaya.

Implikasi dari teori tersebut sangat besar. Jika kecepatan cahaya selalu sama, 300.000.000 m/detik, itu berarti pesawat yang membawa astronot bergerak sangat cepat relatif terhadap Bumi. Dari sudut pandang pengamat di Bumi, waktu astronot melambat. Sebuah fenomena yang disebut 'dilatasi waktu'.

Juga akan terjadi 'kontraksi panjang' di mana pesawat yang membawa para penjelajah angkasa terlihat seperti memanjang bagi para pengamat di Bumi. Sementara, bagi astronot yang ada di dalamnya, semua berjalan normal. Tak ada yang berbeda.

Tak perlu jauh-jauh ke luar orbit Bumi atau membuat pesawat yang bisa melaju dengan kecepatan nyaris menyamai kecepatan cahaya untukl melihat efek relativitas. Nyatanya sejumlah instrumen yang bisa kita lihat dalam kehidupan sehari-hari membuktikan teori Einstein benar adanya.

1. Global Positioning System (GPS)

Agar navigasi GPS dalam mobil berfungsi secara akurat, satelit -- yang menjadi pusat informasinya -- harus menggunakan relativitas dalam kerjanya.

Sebab, meski tak bergerak secepat kecepatan cahaya, namun satelit bergerak sangat cepat. Satelit juga mengirimkan sinyal ke stasiun Bumi. Stasiun-stasiun tersebut -- juga GPS dalam mobil Anda -- mengalami percepatan yang lebih tinggi akibat pengaruh gravitasi dari satelit di orbit.

Agar akurat, satelit menggunakan jam dengan akurasi hingga beberapa miliar detik (nanodetik). Karena satelit mengorbit pada ketinggian 12.600 mil atau 20.300 km di atas Bumi dan bergerak dengan kecepatan 6.000 mil/jam atau 10 ribu km/jam maka akan terjadi dilatasi waktu relatif sekitar 4 mikrodetik per hari. Ditambah efek gravitasi, dilatasi bisa bertambah sekitar 7 mikrodetik atau 7000 nanodetik.

Meski terlihat sepele, perbedaannya sangat nyata. Seandainya tak ada efek relativistik, informasi GPS yang menyebut jarak ke SPBU atau tempat pengisian BBM adalah 0,8 km. Pada hari berikutnya, di titik yang sama, GPS akan menyebut jaraknya menjadi 5 mil atau 8 km!
2.  Elektromagnet

Magnet adalah efek relativistik. Dan kerja generator yang menghasilkan listrik adalah bukti nyata dari Teori Relativitas.

Kumparan kawat yang bergerak pada medan magnet bisa menghasilkan arus listrik. Partikel bermuatan dalam kawat dipengaruhi perubahan medan magnet -- yang memaksanya bergerak dan menghasilkan arus listrik.

Namun, saat kawat diam pada medan magnet, ternyata arus listrik masih timbul, bukan sebaliknya. Itu membuktikan tak ada kerangka acuan yang 'mutlak'.

Thomas Moore, dosen Fisika dari Pomona College di Claremont, California menggunakan prinsip relativitas untuk mendemonstrasikan Hukum Faraday, yang menyebut bahwa medan magnet yang berubah menimbulkan arus listrik, adalah benar.

"Karena itu adalah prinsip dasar trafo dan generator listrik, siapapun yang menggunakan listrik akan mengalami efek relativitas," kata dia.
3. Warna Kuning Emas

Kebanyakan logam mengkilap karena elektron-elektron pada atomnya melompat dari tingkat energi atau 'orbital' yang berbeda.

Sejumlah partikel cahaya atau foton yang mengenai logam akan terserap dan dipancarkan kembali dengan gelombang yang lebih panjang.

Emas memiliki atom yang berat. Jadi, elektronnya bergerak cukup cepat dan membuat peningkatan massa relativistik yang signifikan. Sehingga, elektron berputar di sekitar inti atom atau nukleus dengan jalur yang lebih pendek, namun dengan momentum yang lebih besar.

Elektron dalam orbital membawa energi yang lebih dekat dengan energi elektron terluar, dan panjang gelombang yang bisa diserap dan dipantulkan lebih panjang.

Panjang gelombang cahaya yang lebih panjang berarti, sejumlah cahaya yang terlihat --yang biasanya hanya terefleksi -- juga terserap di ujung spektrum biru.

Cahaya putih adalah percampuran semua warna pembentuk pelangi. Namun, dalam kasus emas, saat cahaya terserap dan terpancar kembali dengan gelombang cahaya yang biasanya lebih panjang. Itu berarti percampuran cahaya yang kita lihat memiliki warna biru dan ungu yang kurang.
Itu yang membuat emas berwarna kuning sebab kuning, oranye, dan merah memiliki gelombang lebih panjang dari biru.
4. Emas tak gampang berkarat

Efek relativistik pada elektron emas adalah salah satu alasan mengapa logam itu tak berkarat dan tidak gampang bereaksi terhadap segala sesuatu.

Emas hanya memiliki 1 elektron di kulit terluarnya,  namun tak sereaktif kalsium atau lithium. Sebaliknya, elektron pada emas lebih 'berat' dari yang seharusnya dan lebih dekat dengan inti atomnya.
5. Merkuri atau raksa berbentuk cair

Meski berstatus sebagai 'logam', merkuri atau raksa berbentuk cairan. Unsur kimia yang memiliki simbol Hg itu juga punya atom yang berat -- seperti halnya emas, dengan elektron yang berada dekat inti atau nucleus karena penambahan kecepatan dan massa.

Pada merkuri, ikatan antar atomnya sangat lemah, sehingga zat tersebut gampang meleleh pada temperatur yang lebih rendah. Kita biasanya melihatnya sebagai cairan.
6. TV jadul

Beberapa tahun lalu, kebanyakan televisi dan monitor memiliki layar tabung sinar katoda -- yang bekerja dengan cara menempakkan elektron pada permukaan fosfor dengan magnet besar.

Masing-masing elektron menyalakan pixel saat mengenai belakang layar dan memunculkan gambar bergerak hingga 30 persen kecepatan cahaya. Dalam kasus tersebut, efek relativistik terlihat jelas adanya.
7. Cahaya

Jika teori Isaac Newton benar, maka niscaya penjelasan tentang cahaya yang kita miliki akan berbeda sama sekali.

"Tak hanya magnetik, cahaya pun tak akan ada. Sementara relativitas mengharuskan adanya perubahan medan elektromagnetis pada kecepatan yang terbatas, bukan seketika," kata Moore.

Jika persyaratan itu tak ada, perubahan pada medan listrik akan terjadi seketika, bukan melalui gelombang elektromagnetik -- di mana manetik dan cahaya tak akan diperlukan.
8. Pembangkit Tenaga Nuklir dan Supernova

Relativitas adalah salah satu alasan di mana massa dan energi bisa dikonversi menjadi satu sama lain -- yang menjelaskan bagaimana pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) beroperasi, juga mengapa Matahari menyinari siang. Efek lain yang tak kalah penting adalah ledakan supernova: sinyal kematian sebuah bintang.

"Supernova ada karena efek relativistik melampaui efek kuantum dalam inti bintang yang besar, yang memungkinkan bintang itu meledak secara tiba-tiba dan menjadi bintang neutron yang jauh lebih kecil dan lebih keras," kata Moore.

Saat supernova, lapisan luar bintang merangsek masuk ke inti dan memicu ledakan raksasa yang menciptakan elemen yang lebih berat dari besi.

Jika tak ada relativitas, bintang-bintang raksasa yang menua tak akan meledak dan menjadi katai putih (white dwarf).

Katai putih dianggap sebagai titik akhir dari evolusi suatu bintang dan merupakan inti bintang di mana reaksi fusi berlangsung. Atau dengan kata lain, bentuk akhir bintang setelah terbakar habis alias mati. (Ein/Riz)

Sumber :
http://global.liputan6.com/read/2142148/8-bukti-teori-relativitas-einstein-dalam-kehidupan-nyata

Mungkinkah Kita Mengebor Tanah Hingga Menembus Inti Bumi?

Dalam film kartun, kita sering lihat adegan dimana tokohnya oleh suatu sebab jatuh ke tanah dan kemudian menembusnya hingga mencapai belahan bumi lainnya yang berlawanan arah. Hal tersebut dalam ilmu geografi disebut dengan antipode.
Antipode adalah dua tempat yang terletak di belahan bumi yang berlawanan. Dua titik yang antipodal dari satu tempat ke tempat lain terhubung oleh garis lurus yang melewati garis tengah bumi.
Untuk bisa mencapai tempat terjauh di bumi dari satu lokasi tepat berada di balik bumi di bawah posisi kaki seseorang yang berdiri di lokasi tersebut, seseorang harus melewati lautan, kota, rimba belantara sejauh 20 ribu km selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun agar bisa mencapai tempat yang berada di belahan bumi berlawanan tersebut.
Tetapi, dilansir jadiBerita dari berbagai sumber, secara teori, perjalanan super jauh tersebut bisa dipersingkat dan bisa mengirit 7.500 km. Caranya adalah dengan menggali sebuah lubang menembus bumi lurus ke sisi sebaliknya, yang jaraknya sekitar 12.500 km. Secara teori pula, kita bisa mencapai sisi lain bumi hanya dengan waktu 38 menit. Pertanyaannya, mungkinkah kita mengebor tanah hingga menembus inti bumi?
Sepertinya jawaban dari pertanyaan itu sudah jelas. Selain belum memiliki teknologi yang mendukung, mengebor hingga menembus inti bumi bisa membunuhmu. Jangankan menembus, mendekati inti bumi saja mustahil dilakukan, paling tidak untuk sekarang ini. Meski demikian, tentu saja kita bisa mengebor tanah dengan teknologi sekarang. Tapi sampai sejauh mana?
Untuk saat ini, lubang terdalam di Bumi adalah Kola Superdeep yang berlokasi di Rusia. Pengeborannya dimulai pada 1970-an dan selesai sekitar 20 tahun kemudian ketika tim mencapai kedalaman 40.230 kaki (12.262 meter). Itu sekitar 7,5 mil atau hanya lebih dari 12 km. Jika dibandingkan diameter Bumi, itu hanya sampai di kulit arinya.
 Kenapa tidak dilanjutkan lebih dalam lagi mengebornya? Alasannya adalah kita semakin mendekati inti bumi, dimana suhunya semakin naik. Inti bumi berisi logam cair yang mencapai suhu melebihi 9700 derajat Fahrenhei (5400 derajat Celsius). Dan pada kedalaman hanya 7,5 mil, tim sudah mendapat suhu melebihi 350 derajat Fahrenheit (sekitar 170 derajat Celsius). Suhu setinggi ini jelas bisa melelehkan tubuhmu tanpa menggunakan baju pelindung.
Namun, jika entah bagaimana kamu berhasil pergi lebih dalam, kamu masih akan menabrak magma yang berada sekitar 30 mil (48 km) di bawah permukaan planet. Pada saat itu, kamu akan dibakar dengan suhu yang lebih panas lagi, yang baju pemadam kebakaran saja tidak akan mampu menahan panasnya.

Seandainya kamu punya teknologi tabung untuk menahan panas tersebut, kamu masih menemukan masalah lainnya, yaitu tekanan udara. Sama seperti kamu merasakan tekanan ketika berenang jauh ke dalam air, kamu merasakan tekanan ketika kamu memiliki lebih banyak udara di atasmu. Di planet kita, kamu hanya harus turun sekitar 31 mil (50 km) sebelum tekanan dalam tabung menjadi setinggi dasar laut.
Jika kamu berhasil membuat tabung yang memungkinkan manusia untuk melewati magma ini, mengisap semua udara keluar dari tabung, dan mengenakan pakaian angkasawan sehingga kamu bisa napas, masih ada masalah lainya. Singkatnya, sekitar setengah jalan menuju pusat bumi, kamu akan bergerak ke samping sekitar 1.500 mil per jam (2.400 km per jam) lebih cepat dari dinding tabung kamu. Hal ini disebabkan oleh efek “coriolis forces”. Fakta ini jelas sangat buruk bagi kesehatan jangka panjang. Kamu akan terpental, terbentur dan miring dari sisi tabung sampai mati.
Kalaupun kamu berhasil melewati inti bumi dan mencapai sisi lain bumi, karena gravitasi bumi yang dan momentum tubuhmu yang ekstrem, kamu bakal jatuh lagi melalui bumi. Hal ini juga terjadi kembali saat kamu mencapai sisi berlawanan bumi, atau tempat asal kamu melompat ke lubang tadi. Dengan begini, kamu akan terombang bolak-balik secara sinusoidal, dan kamu bakal menjadi manusia yoyo selamanya.
Jadi intinya, untuk saat ini belum ada manusia atau teknologi yang bisa menembus inti bumi, Kalaupun bisa, justru nantinya bakal berakhir tragis.
 
 
 
 
Sumber : https://jadiberita.com/103109/mungkinkah-kita-mengebor-tanah-hingga-menembus-inti-bumi.html

Lebih dulu mana, ayam atau telur? Begini penjelasan dari Al-qur'an

Pertanyaan di atas umumnya sering kita temui di saat sedang bersenda gurau bersama teman-teman. Namun, jawaban yang benar sesuai aqidah Islam adalah ternyata ayam lebih dulu ada sebelum telur.
Ini jelas karena Allah berfirman telah menciptakan makhluk hidup termasuk hewan berpasang-pasangan. Jadi yang diciptakan adalah ayam baru kemudian telur.
Allah Ta’ala berfirman,
ﻭَﻣِﻦ ﻛُﻞِّ ﺷَﻲْﺀٍ ﺧَﻠَﻘْﻨَﺎ ﺯَﻭْﺟَﻴْﻦِ ﻟَﻌَﻠَّﻜُﻢْ ﺗَﺬَﻛَّﺮُﻭﻥَ
“Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasang supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah.” (QS. Az-Dzariyat : 49).
Allah mempertegas lagi dalam ayat-Nya,
ﺧَﻠَﻘَﻜُﻢ ﻣِّﻦ ﻧَّﻔْﺲٍ ﻭَﺍﺣِﺪَﺓٍ ﺛُﻢَّ ﺟَﻌَﻞَ ﻣِﻨْﻬَﺎ ﺯَﻭْﺟَﻬَﺎ ﻭَﺃَﻧﺰَﻝَ ﻟَﻜُﻢ ﻣِّﻦَ ﺍﻟْﺄَﻧْﻌَﺎﻡِ ﺛَﻤَﺎﻧِﻴَﺔَ ﺃَﺯْﻭَﺍﺝٍ ۚ ﻳَﺨْﻠُﻘُﻜُﻢْ ﻓِﻲ ﺑُﻄُﻮﻥِ ﺃُﻣَّﻬَﺎﺗِﻜُﻢْ ﺧَﻠْﻘًﺎ ﻣِّﻦ ﺑَﻌْﺪِ ﺧَﻠْﻖٍ ﻓِﻲ ﻇُﻠُﻤَﺎﺕٍ ﺛَﻠَﺎﺙٍ ۚ ﺫَٰﻟِﻜُﻢُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺭَﺑُّﻜُﻢْ ﻟَﻪُ ﺍﻟْﻤُﻠْﻚُ ۖ ﻟَﺎ ﺇِﻟَٰﻪَ ﺇِﻟَّﺎ ﻫُﻮَ ۖ ﻓَﺄَﻧَّﻰٰ ﺗُﺼْﺮَﻓُﻮﻥَ
“Dia menciptakan kamu dari seorang diri kemudian Dia jadikan daripadanya isterinya dan Dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang berpasangan dari binatang ternak. Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan Yang mempunyai kerajaan. Tidak ada Tuhan selain Dia; maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?” (QS. Az-Zumar 6).
Keyakinan telur dulu baru ayam awalnya merupakan faham dari ahli filsafat yang banyak merenungi hakikat kehidupan dengan menggunakan akal dan logika saja.
Pertanyaan ini bisa muncul dari ahli filsafat yang hanya memakai akal logika saja dalam berpikir. Mereka mengira dunia ini bisa terjadi secara kebetulan saja. Sehingga perlu diselidiki mana yang lebih dahulu, ayam ataukah telur.
Syaikh Abdullah Al-Mani’ berkata:
“Penemuan (pernyataan telur dahulu dari ayam) adalah dukungan untuk teori Darwin mengenai penciptaan dan evolusi. Teori ini bersandar pada teori “pengingkaran terhadap Tuhan”. Mereka mengira ini terjadi secara kebetulan.”
Baru-baru ini “Discovery Science” menemukan fakta ilmiah mana yang lebih dahulu ada. Menurutnya, ayam lah yang pertama ada. Hal ini karena telur membutuhkan struktur berupa protein tertentu yang hanya diproduksi oleh ayam betina.
Ini menjelaskan bahwa tidak mungkin telur ada lebih dahulu, sedangkan telur itu membutuhkan protein yang hanya ada pada ayam betina.

Sumber : https://planet.merdeka.com/inspira/lebih-dulu-mana-ayam-atau-telur-begini-penjelasan-dari-al-qurrsquoan.html?utm_source=5&utm_campaign=ap&utm_medium=sosmed

PENALARAN INDUKTIF


PENALARAN INDUKTIF

Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Menurut Jujun Suriasumantri, Penalaran adalah suatu proses berfikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Sebagai suatu kegiatan berfikir penalaran memiliki ciri-ciri tertentu. Ciri pertama adalah proses berpikir logis, dimana berpikir logis diartikan sebagai kegiatan berpikir menurut pola tertentu atau dengan kata lain menurut logika tertentu. Ciri yang kedua adalah sifat analitik dari proses berpikirnya. Sifat analitik ini merupakan konsekuensi dari adanya suatu pola berpikir tertentu.
Penalaran dibagi menjadi dua, yaitu penalaran deduktif dan penalaran induktif. Dalam artikel ini, kita akan membahas penalaran Induktif.
Untuk memperoleh pengetahuan ilmiah dapat digunakan dua jenis penalaran, yaitu Penalaran Deduktif dan Penalaran Induktif. Untuk minggu ini saya akan mencoba membahas tentang penalaran Induktif.
Penalaran induktif merupakan prosedur yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai hasil pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat umum. Dalam hal ini penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran deduktif. Untuk turun ke lapangan dan melakukan penelitian tidak harus memliki konsep secara canggih tetapi cukup mengamati lapangan dan dari pengamatan lapangan tersebut dapat ditarik generalisasi dari suatu gejala.
Dalam konteks ini, teori bukan merupakan persyaratan mutlak tetapi kecermatan dalam menangkap gejala dan memahami gejala merupakan kunci sukses untuk dapat mendiskripsikan gejala dan melakukan generalisasi.Di dalam penalaran induktif terdapat tiga bentuk penalaran induktif, yaitu generalisasi, analogi dan hubungan kausal.
    Jenis-jenis penalaran induktif antara lain :
1.    Generalisasi
Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari fenomena individual menuju kesimpulan umum.
Contohnya :
•    Luna Maya adalah bintang sinetron, dan ia berparas cantik.
•    Nia Ramadhani adalah bintang sinetron, dan ia berparas cantik.
Generalisasi:
Semua bintang sinetron berparas cantik. Pernyataan “semua bintang sinetron berparas cantik” hanya memiliki kebenaran probabilitas karena belum pernah diselidiki kebenarannya.
Contoh kesalahannya:
Omas juga bintang iklan, tetapi tidak berparas cantik.
Macam-macam generalisasi :
a.    Generalisasi sempurna
Generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki.
Contoh: sensus penduduk
b.    Generalisasi tidak sempurna
Generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomenayang diselidiki diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki.
Contoh: Hampir seluruh pria dewasa di Indonesia senang memakai celana pantaloon. Prosedur pengujian generalisasi tidak sempurna.
Generalisasi yang tidak sempurna juga dapat menghasilkan kebenaran apabila melalui prosedur pengujian yang benar. Prosedur pengujian atas generalisasi tersebut adalah:
•    Jumlah sampel yang diteliti terwakili.
•    Sampel harus bervariasi.
•    Mempertimbangkan hal-hal yang menyimpang dari fenomena umum/ tidak umum.
2.    Analogi
Cara penarikan penalaran dengan membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama.
Analogi mempunyai 4 fungsi,antara lain :
a.    Membandingkan beberapa orang yang memiliki sifat kesamaan.
b.    Meramalkan kesaman.
c.    Menyingkapkan kekeliruan.
d.    klasifikasi
Contoh analogi :
Demikian pula dengan manusia yang tidak berilmu dan tidak berperasaan, ia akan sombong dan garang. Oleh karena itu, kita sebagai manusia apabila diberi kepandaian dan kelebihan, bersikaplah seperti padi yang selalu merunduk.
3 . Hubungan Kausal
Penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan.
Macam hubungan kausal :
Sebab- akibat.
a.    Hujan turun di daerah itu mengakibatkan timbulnya banjir.
b.    Akibat – Sebab.
Andika tidak lulus dalam ujian kali ini disebabkan dia tidak belajar dengan baik.
c.    Akibat – Akibat.
Ibu mendapatkan jalanan di depan rumah becek, sehingga ibu beranggapan jemuran di rumah basah.
Tambahan :
•    Metode induktif
Metode berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum.
Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti.
Generalisasi adalah bentuk dari metode berpikir induktif.
•    Metode deduktif
Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Contoh:
Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial.
Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari fenomena individual menuju kesimpulan umum.
Contoh:
Tamara Bleszynski adalah bintang iklan, dan ia berparas cantik.
Nia Ramadhani adalah bintang iklan, dan ia berparas cantik.
Generalisasi: Semua bintang sinetron berparas cantik
Pernyataan “semua bintang sinetron berparas cantik” hanya memiliki kebenaran probabilitas karena belum pernah diselidiki kebenarannya.
Contoh kesalahannya:
Omas juga bintang iklan, tetapi tidak berparas cantik.
Macam-macam generalisasi
Generalisasi sempurna Adalah generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki.
Contoh: sensus penduduk
Generalisasi tidak sempurna Adalah generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomena yang diselidiki diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki.
Contoh: Hampir seluruh pria dewasa di Indonesia senang memakai celana pantalon.
Prosedur pengujian generalisasi tidak sempurna
Generalisasi yang tidak sempurna juga dapat menghasilkan kebenaran apabila melalui prosedur pengujian yang benar.
Prosedur pengujian atas generalisasi tersebut adalah:
1.    Jumlah sampel yang diteliti terwakili.
2.    Sampel harus bervariasi.
3.    Mempertimbangkan hal-hal yang menyimpang dari fenomena umum/ tidak umum.
Sumber :
https://thekicker96.wordpress.com/penalaran-induktif/
https://noviananuryan.wordpress.com/2013/05/31/penalaran-induktif-dan-penalaran-deduktif/

Penalaran Deduktif


Penalaran Deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus.
Metode ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional,instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahuluharus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian dilapangan. Dengan demikian konteks penalaran deduktif tersebut, konsep dan teori merupakankata kunci untuk memahami suatu gejala.
    Hukum-hukum Silogisme
a.     Prinsip-prinsip Silogisme kategoris mengenai term:
1.    Jumlah term tidak boleh kurang atau lebih dari tiga
2.    Term menengah tidak boleh terdapat dalam kesimpulan
3.    Term subyek dan term predikat dalam kesimpulan tidak boleh lebih luas daripada dalam premis.
4.    Luas term menengah sekurang-kurangnya satu kali universal.
b.    Prinsip-prinsip silogisme kategoris mengenai proposisi.
1.    Jika kedua premis afirmatif, maka kesimpulan harus afirmatif juga.
2.    Kedua premis tidak boleh sama-sama negatif.
3.    Jika salah satu premis negatif, kesimpulan harus negatif juga (mengikuti proposisi yang paling lemah)
4.    Salah satu premis harus universal, tidak boleh keduanya pertikular.
    Bentuk Silogisme Menyimpang
Dalam praktek penalaran tidak semua silogisme menggunakan bentuk standar, bahkan lebih banyak menggunakan bentuk yang menyimpang. Bentuk penyimpangan ini ada bermacam-macam. Dalam logika, bentuk-bentuk menyimpang itu harus dikembalikan dalam bentuk standar.

Pembuktian melalui deduksi adalah sebuah jalan pemikiran yang menggunakan argumen-argumen deduktif untuk beralih dari premis-premis yang ada, yang dianggap benar, kepada kesimpulan-kesimpulan, yang mestinya benar apabila premis-premisnya benar.[1]
Contoh klasik dari penalaran deduktif, yang diberikan oleh Aristoteles, ialah
  • Semua manusia fana (pasti akan mati). (premis mayor)
  • Sokrates adalah manusia. (premis minor)
  • Sokrates pasti (akan) mati. (kesimpulan)
Untuk pembahasan deduktif secara terinci seperti yang dipahami dalam filsafat, lihat Logika. Untuk pembahasan teknis tentang deduksi seperti yang dipahami dalam matematika, lihat logika matematika.
Penalaran deduktif seringkali dikontraskan dengan penalaran induktif, yang menggunakan sejumlah besar contoh partikulir lalu mengambil kesimpulan umum.

Latar belakang

Penalaran deduktif dikembangkan oleh Aristoteles, Thales, Pythagoras, dan para filsuf Yunani lainnya dari Periode Klasik (600-300 SM.). Aristoteles, misalnya, menceritakan bagaimana Thales menggunakan kecakapannya untuk mendeduksikan bahwa musim panen zaitun pada musim berikutnya akan sangat berlimpah. Karena itu ia membeli semua alat penggiling zaitun dan memperoleh keuntungan besar ketika panen zaitun yang melimpah itu benar-benar terjadi.[2]
Penalaran deduktif tergantung pada premisnya. Artinya, premis yang salah mungkin akan membawa kita kepada hasil yang salah, dan premis yang tidak tepat juga akan menghasilkan kesimpulan yang tidak tepat.[3]
Alternatif dari penalaran deduktif adalah penalaran induktif. Perbedaan dasar di antara keduanya dapat disimpulkan dari dinamika deduktif tengan progresi secara logis dari bukti-bukti umum kepada kebenaran atau kesimpulan yang khusus; sementara dengan induksi, dinamika logisnya justru sebaliknya. Penalaran induktif dimulai dengan pengamatan khusus yang diyakini sebagai model yang menunjukkan suatu kebenaran atau prinsip yang dianggap dapat berlaku secara umum.
Penalaran deduktif memberlakukan prinsip-prinsip umum untuk mencapai kesimpulan-kesimpulan yang spesifik, sementara penalaran induktif menguji informasi yang spesifik, yang mungkin berupa banyak potongan informasi yang spesifik, untuk menarik suatu kesimpulan umu. Dengan memikirakan fenomena bagaimana apel jatuh dan bagaimana planet-planet bergerak, Isaac Newton menyimpulkan teori daya tarik. Pada abad ke-19, Adams dan LeVerrier menerapkan teori Newton (prinsip umum) untuk mendeduksikan keberadaan, massa, posisi, dan orbit Neptunus (kesimpulan-kesimpulan khusus) tentang gangguan (perturbasi) dalam orbit Uranus yang diamati (data spesifik).

Sumber :
https://thekicker96.wordpress.com/penalaran-deduktif/
https://id.wikipedia.org/wiki/Pembuktian_melalui_deduksi

Model atom modern: Awan elektron



Model atom modern: Awan elektron
Kipas yang digambarkan di sini dalam keadaan dimatikan pada foto di sebelah kiri dan sedang berputar pada kecepatan tinggi di foto sebelah kanan. Dalam foto sebelah kanan kanan, baling-baling bergerak dengan cepat sehingga Anda tidak bisa melihat baling-baling satu persatu. Anda tidak bisa mengatakan di mana setiap baling yang diberikan pada saat tertentu.
Dalam beberapa hal, gerakan cepat dari baling-baling kipas agak mirip dengan elektron yang bergerak di sekitar inti atom. Seperti bilah kipas, elektron bergerak sangat cepat dan kita tidak pernah bisa tahu persis di mana mereka berada. Jika itu yang terjadi, bagaimana kita dapat mewakili elektron dalam model atom?
Dimana posisi Elektron?
Sampai sekitar tahun 1920, para ilmuwan menerima Model atom Niels Bohr. Dalam model ini, elektron yang bermuatan negatif mengelilingi inti positif pada jarak tetap dari inti, disebut tingkat energi. Anda dapat melihat model pada Gambar di bawah untuk sebuah atom dari unsur nitrogen. Model Bohr berguna untuk memahami sifat-sifat unsur dan interaksi kimia mereka. Namun, itu tidak menjelaskan perilaku elektron tertentu, kecuali untuk atom yang paling sederhana, atom hidrogen.
Dimana Kemungkinannya?
Pada pertengahan tahun 1920-an, seorang ilmuwan Austria bernama Erwin Schrödinger berpikir bahwa masalah dengan model Bohr ini telah membatasi elektron untuk orbit tertentu. Dia bertanya-tanya apakah elektron mungkin berperilaku seperti cahaya, para ilmuwan yang sudah tahu sifat materi yang memiliki sifat partikel dan sifat gelombang. Schrödinger berspekulasi bahwa elektron mungkin juga perjalanan seperti gelombang.


 






model atom bohr

Q: Bagaimana Anda menjabarkan lokasi elektron dalam bentuk gelombang?
A: Anda tidak dapat menentukan lokasi yang tepat dari sebuah elektron. Namun, Schrödinger menunjukkan bahwa Anda setidaknya dapat menentukan di mana sebuah elektron paling mungkin.









orbital atom


Schrödinger mengembangkan suatu persamaan yang dapat digunakan untuk menghitung kemungkinan elektron berada di setiap tempat tertentu di sekitar inti. Berdasarkan perhitungannya, ia mengidentifikasi daerah di sekitar inti dimana elektron paling mungkin. Dia disebut daerah ini sebagai orbital. Seperti yang Anda lihat dalam gambar di atas, orbital dapat berbentuk seperti bola, lonceng, atau cincin. Dalam setiap kasus, inti atom berada pada pusat orbit.
Awan kabur
Hasil kerja Schrödinger tentang orbital adalah dasar dari model atom modern, yang para ilmuwan sebut model mekanik kuantum. Model modern ini juga biasa disebut model awan elektron. Itu karena setiap orbital sekitar inti atom menyerupai awan kabur sekitar inti, seperti yang ditunjukkan pada Gambar di bawah untuk atom helium. Daerah terpadat awan adalah peluang terbesar kita menemukan elektron.


 






awan elektron
Q: Dalam gambar model dalam Gambar di atas, di mana dua elektron helium paling mungkin?
A: Dua elektron yang paling mungkin berada di dalam lingkup yang paling dekat dengan inti di mana awan nampak yang paling gelap.
Ringkasan
Model Atom Bohr, di mana elektron mengelilingi inti pada tingkat energi tetap, tidak bisa menjelaskan semua perilaku elektron. Pada tahun 1920, Erwin Schrödinger mengusulkan bahwa elektron berjalan dalam bentuk gelombang, yang berarti posisi yang tepat dari mereka tidak dapat ditentukan. Ia mengembangkan sebuah persamaan untuk menghitung kemungkinan elektron berada di setiap tempat tertentu. Menggunakan persamaan-nya, ia mengidentifikasi daerah di sekitar inti, disebut orbital, di mana elektron yang paling mungkin. Orbital merupakan dasar dari model awan elektron dari atom. Model ini masih diterima oleh para ilmuwan sampai hari ini.
Sumber :
http://fungsi.web.id/2016/04/model-atom-modern-awan-elektron.html